Terbungkus peran.
Di paksa bertukar pikiran.
Belajar menentukan pilihan.
Meski kadang tertekan.
Menjadi fotografer pernikahan selalu membawaku berjalan-jalan.
Bukan hanya ke tempat-tempat indah yang menawan,
namun juga ke dalam lamunan dan pengertian.
Bagaimana rasanya hati mu kekasih, saat hari yang kau tunggu-tunggu mendekat?
Saat hari datang dalam perenungan-perenungan malam yang jauh.
Apakah ia datang dengan wajah tersenyum?
Ataukah ia datang dengan wajah yang lain?
Aku ingat malam itu, aku mengajakmu menari.
Kaki kita mengayun ke kanan dan ke kiri.
Menyusuri indah ikatan jiwa yang tak pernah terlihat bersamaan dengan mentari.
Sudut-sudut pikiran memberikan isyarat,
Bukan, bukan ini yang sedang terjadi.
Jari kaki ku tersengat ujung kaki meja yang dari tadi berdiri menjadi saksi.
Menyadarkanku bahwa semua ini hanya mimpi.
Aku ingin kau tahu bahwa bukan tulang rusukku yang hilang kau bawa pergi, namun senyumanku di pagi hari saat kau tak ada di sini, kekasih.
Aku juga ingin tahu, masih adakah lagi yang kau cari?
Adakah hari dan memori yang tak mau kau lepas hingga kau mati.
Catatan:
Foto-foto pernikahan biasanya selalu ditampilkan dengan haru, indah dan menggugah. Kali ini aku mencoba membuat sesuatu yang lebih tidak teratur, bermain dengan plastik, bunga dan pengantin wanita sebagai tokoh utamanya.
Series foto yang aku buat ini merupakan respon terhadap kumpulan cerita-cerita yang terdengar. Bagaimana seorang manusia, dalam hal ini digambarkan oleh sosok pengantin wanita, berubah, mengambil dan berbagi peran.
Terdengar sebagian dari mereka yang menanti-nanti dengan antusias, sebagian lagi terdengar cemas. Dengan segala macam bentuknya, pernikahan menyatukan dua manusia dalam satu pemikiran. Cinta mungkin adalah salah satu perekatnya dan pernikahan adalah awal sebuah perjalanan baru.
"Pengantin Baru"